Archive for the ‘Perpustakaan’ Category

 

Ruang baca dimulai dari pintu depan, hingga ke dalam sangat menarik perhatian. Interior tempat duduk, rak buku, poster berisi kutipan-kutipan menarik di tata sedemikian rupa. Terutama ruang baca di bagian tengah, berupa tempat duduk berhadap-hadapan dengan lampu baca di atas. Berjejer aneka warna, dengan kursi sofa empuk.

Pertama kali saya berkunjung ke Perpustakaan Bank Indonesia (BI)  pada bulan Ramadan tahun 2017. Saat itu saya menghadiri peluncuran buku karya Setiadi Sopandi yang menulis tentang tokoh arsitek  terkemuka, Freiderich Silaban.  Freiderich Silaban adalah seorang arsitek yang sangat dekat dengan Ir. Sukarno dan berhasil mengarsiteki beberapa bangunan bersejarah di Indonesia seperti Mesjid Istiqlal, Bank Indonesia, Tugu Monumen Nasional (Monas), Museum Nasional dan gedung lain sebagainya.

Setiadi Sopandi adalah dosen jurusan arsitektur di Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta.  Buku bersampul “Istiqlal” ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU) bekerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). Sejak saat itu, saya bertanya kepada pengelola Perpustakaan Bank Indonesia (BI), apakah tempat ini bisa dikunjungi untuk umum atau hanya untuk karyawan atau pegawai BI saja. Dan pihak petugas perpustakaan dengan senang hati menjelaskan jika terbuka untuk umum, dimana bukanya tiap hari Senin-Jum’at Pukul 08.00 – 18.00. Namun saat istirahat tutup antara jam 12.00 – 13.00. Tentu ini di luar dugaan saya.  Sangat senang bisa melihat koleksi lengkap buku, suratkabar, majalah, jurnal, baik yang cetak maupun digital yang sangat lengkap.

Melewati Tiga Lapis Pemeriksaan

20170707_175422

Akan tetapi jika anda hendak berkunjung ke perpustakaan BI, anda harus berpakaian rapi dan tidak boleh mengenakan sandal, celana pendek,  dan tidak diperkenankan membawa  makanan dan minuman di dalam ruangan. Selain itu di BI itu ada beberapa pintu masuk. Ada dari pintu Kebon sirih, ada juga yang dari pintu jalan Budi Kemuliaan. Jika anda naik busway, jalannya lumayan jauh ke arah Kemuliaan, dekat ke pintu masuk.

Namun jika dari pintu Kebon sirih, wah anda berarti salah masuk, karena jalannya memutar jauh. Dimana gedung Perpustakaan BI ada di Menara Sjafruddin Prawiranegara di bagian tengah, jalan beberapa meter dari pintu barat. Letaknya ada di lantai 2, jalan MH.Thamrin No. 2 Jakarta Pusat. Kalau dari stasiun Tanabang lebih dekat, naik bis langsung berhenti di pintu masuk sebelah barat.

Jadi anda lebih baik masuk lewat pintu barat dimana sebelum ke lantai dua harus melewati tiga lapis pemeriksaan. Pertama, petugas keamanan di pintu barat akan mendeteksi bawaan anda, menyerahkan Kartu Tanda Pengenal (KTP) dan memberi tanda pengenal, setelah itu melewati pintu utama gedung Sjafruddin Prawiranegara di cek lagi layaknya masuk ke sebual pusat belanja (mall). Ketat pemeriksaannya.  Setelah dinyatakan aman, ada petugas di sebelah kanan pintu masuk, anda harus menukar tanda pengenal dengan kartu identitas pengunjung (tamu) agar bisa masuk lift di lantai dua. Ribet memang, namun jika anda tidak banyak barang bawaan yang mencurigakan anda akan merasa aman-aman saja.

Setelah naik ke lantai dua, keluar lift akan terlihat di seberang barat dua pintu perpustakaan. Pertama, ruang pintu perpustakaan umum dan kedua ruang pintu perpustakaan riset.  Masukkan nama anda di papan digital dan titipkan barang ke loker. Di sini juga, di ruang koleksi umum tidak ada wifi jadi anda bisa membaca dengan tenang dan puas buku-buku koleksi BI.

Enam Layanan Prima di Ruangan yang  Nyaman dan Warna Warni

Ada beragam buku di perpustakaan BI yang terbaru dan tertata rapi sedemikian rupa. Buku Koleksi umum seperti koleksi bahasa, komputer, psikologi, hukum, fiksi dan non fiksi sastrawan terkemuka dan karya Best seller terkini dan karya lainnya juga ada. Dari karya Seno Gumira Ajidarma sampai Dewi Lestari anda bisa membacanya.

Sedangkan koleksi buku bidang moneter, stabilitas sistem keuangan, dan bidang lain guna meningkatkan kualitas diri dalam mendukung pekerjaan, penelitian, dan pendidikan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kompetensi secara berkelanjutan dengan tetap berpedoman kepada pemerintah dan undang – undang yang berlaku, dimana ada enam layanan prima di perpustakaan BI.

Pertama, Koleksi lengkap bidang moneter, stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah, baik cetak maupun online. Kedua, penelusuran melalui website yang friendly acces. Ketiga, PC penelusuran yang berkualitas. Keempat, Lounge area dan ruang baca yang warna warni. Kelima, ruang diskusi, ruang karya ilmiah dan ruang koleksi anak, dan keenam ada fotokopi dan musholla.

kutipan

Ruang baca dimulai dari pintu depan, hingga ke dalam sangat menarik perhatian. Warna-warni tempat duduk, interior rak buku, ada poster berisi kutipan-kutipan menarik di tata dengan menarik sehingga anda betah berlama-lama di ruang baca. Terutama ruang baca di bagian tengah, berupa tempat duduk berhadap-hadapan dengan lampu baca di atasnya. Berjejer penuh warna, dengan kursi sofa empuk, anda akan betah berlama-lama di sini.

Jika anda suka menyendiri membaca, bisa juga mojok di bagian pinggir dimana ada kursi dan meja terbuka untuk satu komputer jinjing dengan pemandangan ke gedung BI. anda bisa melihat indahnya pemandangan di luar gedung. Taman yang luas dan pekerja taman yang rajin juga bisa anda lihat saat anda pulang.

Lomba Resensi dan Hadiah Buat Pengunjung Paling Rajin

Selain anda bisa membaca koleksi buku sesuai yang anda butuhkan, surat kabar, majalah dan jurnal. Anda juga bisa mengunduh aneka jurnal internasional dari seluruh dunia di ruang perpustakaan riset.

Selain itu, ada kegiatan lain yang bisa dilakukan di Perpustakaan BI. Seperti peluncuran buku, lomba resensi buku  yang diadakan dua tahun sekali, workshop, seminar dan beberapa penghargaan buat para pengunjung seperti library awards, book addict of the year, visitor of the year, dan library best friend.

Saya mengira perpustakaan ini dibuat untuk memancing pegawai BI mendatangi perpustakaan yang menurut saya memang sangat sepi karena pengunjungnya sedikit, hanya ada beberapa orang  petugas yang berjaga. Terakhir saya kesana tidak sengaja berjumpa dengan dua orang mahasiswa dari universitas swasta jurusan ekonomi yang sedang menyelesaikan tugas akhir. Mereka semangat mencari buku referensi untuk tugas kuliah mereka dan pulang menjelang sore.

Jadi jika anda ingin memperdalam tentang sistem ekonomi, sejarah uang,  sistem perbankan di Indonesia, kondisi moneter dan ingin tahu lebih banyak hal terkini seputar inovasi  dunia Perbankan di Indonesia, silahkan mampir ke perpustakaan Bank Indonesia.

Blitar, 7 November 2018

Pukul 17. 51

 

 

 

“Hanya Dengan Pendidikan Kita Akan Tumbuh Menjadi Suatu Bangsa”- Raden Dewi Sartika

 

ruang baca

Bulan Maret 2018, saya berkunjung ke Perpustakaan Provinsi Jawa Barat yang berada satu gedung dengan arsip nasional di Pusat kota Parahyangan. Gedungnya modern yang dilengkapi lift empat lantai.

Museum Tokoh Pahlawan dan Seniman Sunda 

Sebelum anda naik ke ruang baca yang terdiri dari beberapa bagian, ada ruang anak, remaja dan bagian umum. Namun terlebih dahulu bisa melihat museum para tokoh pahlawan,tokoh  sejarah, kepala daerah dan seniman Sunda yang mengharumkan provinsi Jawa Barat selama ini.

Setelah itu, anda bisa menitipkan tas di lantai paling bawah berdekatan dengan musholla. Kemudian  mengunjungi koleksi beragam media yang lengkap dari mulai surat kabar, majalah, dan koleksi buku anak.

Di ruangan anak ini, sarana permainan dan ruang baca dibuat senyaman mungkin, sehingga anak-anak bebas bermain setelah membaca.

Koleksi Umum dan Karya Sastra Sunda 

Naik ke lantai dua dan tiga, anda akan terpana dengan lengkap dan luasnya ruang baca yang diberi nama tiap raknya. Koleksi buku biografi, pertanian, kesehatan, ekonomi, sosial, arsitektur, filsafat dan karya sastra melengkapi perpustakaan yang sepi dan tertata dengan rapi ini.

Ada beberapa rak yang isinya sastra austronesia dan sastra sunda. Buku-buku berbahasa Sunda yang terbit sejak tahun 1970-an hingga humor Sunda kekinian juga bisa anda baca disini.

Novel, Komik Indonesia dan Karya Penulis Mancanegara

Setelah puas melihat koleksi sastra lama, anda bisa berjalan ke ruangan lainnya, mengetik, membaca dan melihat buku koleksi novel terjemahan dan komik. Beberapa penulis ternama dari Amerika Serikat, Eropa, China dan negara lainnya ada disini.

Novel-novel best seller dari penerbit ternama juga ada. Bahkan dilantai paling atas, ada koleksi komik yang digemari anak-anak remaja. Usai berkeliling, jika anda ingin memfotokopi buku bisa menjaminkan HP anda untuk kemudian beberapa lembar memfotokopi di luar.

Saya yang datang sejak siang hari, tidak terasa berkeliling di perpustakaan Provinsi Jawa barat ini sampai tutup pukul enam sore, sepertinya kurang lama. Saat mau pulang, ada  anak-anak remaja masih menunggu menjelang tutup ketika hari hampir malam. Mereka mampir pulang sekolah. Berikut Videonya, mohon maaf jika kurang bagus.

Lokasi perpustakaan yang lengkap, modern dan dilengkapi wifi ini, strategis di pusat kota sangat disayangkan tidak ada angkutan kota yang lewat langsung di depannya. Jadi anda harus jalan kaki lumayan jauh dari kendaraan umum. Perpustakaan Umum Jawa Barat berada di Jalan Kawaluyaan Indah II No. 4 Sukarno Hatta Bandung.

Meskipun demikian, tidak ada salahnya jika anda warga Jawa Barat  dan sekitarnya, berkunjung ke perpustakaan untuk mengenal lebih jauh sejarah dan tokoh , seniman, dan pahlawan Sunda. Juga mengamati perkembangan bahasa dan sastra sunda agar mengenal lebih dekat budaya sunda, serta karya umum lainnya dari Indonesia dan mancanegara.

7 Agustus 2018, Pukul 12.31

 

 

 

 

 

 

Saya sudah mendengar sejak lama, jika di Jogjakarta sudah dibangun perpustakaan yang sangat besar. Tepatnya di jalan Janti. Namun, sejak didirikan belum sekalipun kesana. Pada bulan Maret lalu, saya pun sengaja singgah di perpustakaan yang diberi nama Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Grhatama Pustaka. Wah saya senang sekali melihat penampakannya sejak dari pintu gerbang, hingga masuk dan mencermati ke setiap ruangan tertata rapi dan bersih layaknya sebuah hotel.

Sangat Nyaman Meski Harus Lepas Sepatu

Arsitektur perpustakaan  ini unik dan artistik, kental budaya Jawa. Di setiap tiang-tiang besar yang mengitarinya. Beberapa falsafah Jawa, dan kata-kata mutiara terkait dengan minat baca ditulis sedemikian rupa dengan bahasa Jawa kuno. Gedung ini memiliki tiga lantai, dengan fasilitas lengkap. Di setiap lantai ada selasar dengan taman yang sedikit terbuka untuk ruang diskusi pengunjung.

Di lantai satu ada layanan koleksi anak-anak, ruang bermain Anak, ruang musik, kemudian di lantai dua, layanan keanggotaan perpustakaan, layanan bebas pustaka, layanan informasi dan customer service, hingga layanan koleksi huruf Braile.

Nah saya langsung masuk di lantai dua ini dan sangat gembira melihat pengunjung yang sangat ramai. Bantal Sofa warna warni bertebaran di setiap sudut ruangan. Faktor kenyamanan dalam membaca sangat terasa di ruangan yang dilengkapi AC dingin dan free wifi ini. Anak-anak SMP hingga orang dewasa terlihat membaca di setiap sudut perpustakaan. Bantal sofa seperti ini pertama kali saya lihat di Taman Baca Sanggingan Ubud Bali. Di sana di letakkan di luar dekat alam terbuka, menyatu dengan tanah, kalau di perpus Grhatama Pustaka, diletakkan di setiap sudut, dekat rak buku.

Namun jangan lupa, sebelum anda masuk ke ruang baca utama yang ada di lantai dua, anda harus melepas sepatu. Usai dilepas, dikantongin dan sepatunyapun harus dibawa kemanapun anda pergi. Saya cukup lama berada disini, mencermati tiap pengunjung dan serta buku apa saja yang ada di rak buku.

20180309_135100

Termasuk mengamati salah satu pengunjung yang sedang pewe (posisi uwenak) istilah sekarang membaca sambil tiduran di bantal sofa beralaskan karpet merah yang empuk.

Dari Karya Karl May Hingga Biografi Nelson Mandella

Usai mengamati tingkah para pengunjung, saya mampir ke pojok sastra dan biografi yang berada di sebelah tengah. Disitu saya menemukan banyak buku lama dan juga buku baru. Dari mulai Karl May, Edward Said, William James, Pramoedya Ananta Toer, hingga biografi Nelson Mandela.

20180309_135048

20180309_133549

Sambil mencermati beberapa buku tersebut, saya pun membacanya. Bagus dan lengkap saya cermati. Padahal saya baru mencermati beberapa rak saja yang menurut saya menarik. Ada beragam buku seperti  biografi Warren Buffet,  kicauan Indra Herlambang dalam buku Kicau Kacau, bersampul kuning dll. Jadi lengkap dari karya yang historis, hingga populis bisa anda temui di sini.

Bahkan ada sebuah buku berjudul menarik karya Ara berjudul “Lelaki, Gadis dan Kopi Campur Garam”. Penasaran saya tertarik baca tapi waktunya tidak memungkinkan. Jadi hanya sekilas saja dibolak balik, sambil berharap bisa ke Jogja lagi dalam waktu yang lebih lama.

20180309_133448

Saat waktu sudah beranjak sore, saya mendengar akan ada pemutaran film di lantai tiga tepatnya di ruang audio visual, saya lupa film apa yang akan diputar. Namun, saya  tidak sempat menontonnya. Selain ruang audiovisual di lantai tiga ini ada juga ruang digital, majalah dan koran hingga kamus dan ensiklopedia.

Perpustakaanmu Surgamu

Usai menghabiskan sekitar tiga jam, di Grhatama Pustaka,  akhirnya saya keluar  pulang dan akan melanjutkan perjalanan ke Perpustakaan Universitas Sanata Dharma. Karena jam lima harus ke Panti Rapih. Sebelum pulang saya mampir ke toilet Grahatama Pustaka dan toiletnya  sangat bersih, ada juga ruang tunggu yang ramai pengunjung.

Saat menunggu jemputan, saya memperhatikan suatu papan nama yang bagus di atas pintu masuk utama dekat dengan beberapa backdrop informasi. Papan itu bertuliskan The library place we went to find out what there was to know it was absolutely essenstial, your library is your paradise. Saya pun memperhatikannya dengan seksama, setelah itu kemudian pulang.

Jika anda berkunjung ke Jogja, atau berada di Jogjakarta dan sekitarnya,  atau sedang sekolah di kota gudeg ini, bisa datang ke perpustakaan Grhatama Pustaka yang buka setiap Senin-Jumat dari jam delapan pagi sampai jam sepuluh malam. Bahkan sabtu minggupun buka meski hanya sampai jam empat sore. Semoga lengkapnya fasilitas, kenyamanan dan kelengkapan buku yang ada di kota pelajar ini memberi inspirasi bagi perpustakaan yang ada di daerah lain di Indonesia.

3 April 2018, 21:11

Selama saya tinggal di Pondok Petir, Depok, berbatasan dengan Pamulang, belum sekalipun saya main ke Kabupaten Lebak. Padahal tempat tinggal saya  dekat Tangerang Selatan, termasuk dekat. Baru pada bulan Februari lalu saya berkunjung ke  Kabupaten Lebak, naik KRL (Commuter) dari Sudimara ke Stasiun Rangkas Bitung. Saya berangkat pagi-pagi sekali  dan ternyata memang  jauh sekali perjalanan dari Sudimara ke Rangkas Bitung lebih dari satu jam perjalanan.

Meskipun demikian, tidak ada salahnya jika anda bersama keluarga mengunjungi tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah di Provinsi Banten yang terkenal dengan penduduk aslinya Suku Baduy. Saya pun tidak menyesal berkunjung ke tempat ini, karena selain tempatnya mudah dijangkau (tidak jauh dari stasiun), datang ke sini juga anda (bebeunangan, bahasa Sunda-ed) artinya dapat banyak.

Kenapa dikatakan demikian, karena ada tiga tempat yang  anda bisa kunjungan yang terpusat di satu lokasi. Sehingga anda betah berlama-lama di sini. Pertama, mengunjungi perpustakaan Saidjah Adinda, setelah membaca koleksi buku, kemudian menonton film sejarah, kedua, berkunjung ke Museum Multatuli yang baru saja diresmikan dan sebelum pulang anda bisa mengunjungi cara pembuatan batik lebak yang berada persis di belakang museum, proses produksi, penjahitan sampai penjualan. Tidak ada salahnya, tempat ini menjadi salah satu tujuan wisata anda bersama teman, kerabat, atau keluarga, baik yang berada di Jakarta ataupun pinggiran ibukota.

Perpustakaan Saidjah Adinda

Moda transportasi untuk menempuh ke tiga lokasi ini lokasi  bisa naik apa saja. Dari jalan kaki, naik ojek, hingga angkutan kota. Para pengemudi beragam angkutan disana sudah hapal. Bilang saja nama lokasi yang berada di dekat alun-alun, persisnya di Jl.Alun-alun Timur No.6 Rangkas Bitung, Lebak.

Pertama yang saya kunjungi adalah Perpustakaan Saidjah Adinda. Desain arsitektur perpustakaan ini unik, dengan deretan buku yang beragam. Ada ratusan koleksi buku milik perpustakaan Saidjah Adinda ini, dari sejarah, agama, politik, pertanian, sosial, dan buku bacaan anak-anak.

Berikut beberapa koleksi buku Perpus Saidjah Adinda. Pak Ali Rahmat, meminjami saya buku  bersampul kuning berjudul Max Havelaar.  Dan saya pun membacanya meski tidak sampai selesai.

Saat saya berkunjung, koleksi majalah dan koran yang berada di lantai dua ramai dengan anak-anak yang masih usia SD yang bergiliran juga sambil bermain. Sedangkan koleksi buku dewasa tampak sepi, karena sedang jam kerja sehingga hanya ada beberapa petugas yang merupakan pegawai dan anak muda.

Usai makan siang, perpustakaan mengumumkan ada pemutaran film Max Havelaar, di ruang audiovisual. Saya pun berkunjung kesana, dimana studionya dibuat dari rangkaian bambu. Anak-anak SMA nampak sudah memenuhi studio, dan film pun sudah diputar. Dari film itulah saya mengenal siapa itu Saidjah Adinda yang menjadi nama perpustakaan. Sangat mengerikan tokoh Saidjah dalam film ini, dimana ia seorang perempuan anak petani yang mengenakan caping namun ditendang dengan kasar oleh kolonial dan menjalin cinta tidak sampai dengan Adinda. Lebih jelasnya tentang siapa itu Saidjah Adinda, anda bisa klik link di bawah ini. Saidjah Adinda

Film yang berdurasi cukup lama ini menarik untuk ditonton. Selain mengenalkan sejarah bagaimana Kawedanaan Lebak di zaman kolonial, anda akan lebih paham

Museum Multatuli

 

Setelah melihat koleksi buku, majalah, surat kabar, serta menonton film di Audiovisual, saya berjalan sedikit ke gedung sebelah kanan dimana di situ ada Museum Multatuli. Karena sudah menonton filmnya saya jadi tahu sedikit tentang siapa itu Multatuli, kaitannya dan Max Havelaar, dan alasannya kenapa diabadikan sebagai museum. Museum ini menyerupai rumah tua bercat putih tulang kombinasi kuning gading.

Multatuli adalah nama pena Eduard Douwes Dekker, asisten residen Lebak yang bermukim di Rangkasbitung pada Januari hingga Maret 1856. Berdasarkan pengalamannya di daerah tersebut, dia menulis sebuah novel berjudul Max Havelaar yang pertama kali diterbitkan pada 1860.

Dengan Max Havelaar, Multatuli ingin membuka mata dunia tentang busuknya kolonialisme di Hindia Belanda. Ide-ide itu menginspirasi tokoh-tokoh pendiri bangsa, seperti Soekarno, untuk memerdekakan Indonesia.

Sebagai karya monumental,  novel Max Havelaar, Kabupaten Lebak memutuskan untuk menjadikan bekas kantornya  dan kediaman Wedana Lebak yang dibangun pada 1920-an sebagai museum. Menurut Ubaidillah, Museum Multatuli ini direhab dan didesain ulang oleh arsitek dari IAI (Ikatan Arsitektur Indonesia).

Sejak anda masuk di pintu depan anda akan tertegun dengan karya seni baik foto maupun karya seni lainnya, tentang eksistensi manusia. Sejarah kopi dan pertanian, puisi rendra, serta tokoh-tokoh pahlawan dari Lebak dan nasional. Hening dan senyap anda selama mengunjungi beberapa bagian museum yang dilengkapi dengan pidato tiada henti selama anda mengitarinya.

Tidak begitu besar memang isi dari museum ini, akan tetapi anek koleksi, foto, peta, alur sejarah sampai dengan karya Multatuli sangat lengkap dan padat. Sehingga anda tidak usah berlama-lama di dalam anda bisa larut dalam sejarah zaman kolonial. Jika anda perhatikan betul, akan banyak ilmu dan sejarah yang saya sendiri tidak tahu awalnya nama-nama tokoh antikolonial.

Usai mencermati dan mengambil gambar, saya keluar museum dengan wawasan baru dan banyak hal tentang museum Multatuli. Banyak spot-spot menarik di dalam musem dan luar museum, tapi tidak saya cantumkan disini, biar nanti anda berkunjung kesana saja hehehe…

 Sentra Batik Lebak

Hari sudah beranjak sore, jam tiga saya keluar dari museum. Berjumpa dengan Pak Ubaidillah di pintu belakang saat saya mau ke sentra batik Lebak yang persis berada di belakang Museum. Kita ngobrol sebentar dan sempat ambil gambar. Tidak lama kemudian saya melanjutkan perjalanan ke sentra batik Lebak. Sentra batik ini sangat luas dan terbuka.

Tiga orang anak muda sedang melakukan proses membatik. Ada yang mencap, ada juga dua orang yang mendampinginya. Beberapa batik yang sudah selesai digarap dijemur hingga kering. Setelah itu di sebelah barat ada lelaki setengah baya yang sedang menjahit batik lebak, berupa konveksi yang terhubung dengan pemasaran.

Di bagian depan sentra batik, ada toko yang menjual batik yang sudah jadi. Ada yang dalam bentuk pakaian maupun kain siap jahit. Unik dan bagus corak motif batik Lebak saya perhatikan warnanya cerah. Berikut beberapa koleksinya.

Usai dari Sentra batik, saya lapar dan berencana kembali ke Stasiun Rangkas Bitung untuk melanjutkan perjalanan nanti malam ke Serang. Cukup puas sudah dari pagi hingga sore saya mengitari tiga tempat ini, ada banyak kesan yang mendalam dan wawasan  baru di luar yang saya ketahui selama ini.

Seusai dari sentra batik, wah anak-anak pulang sekolah ramai sekali berkumpul di Museum Multatuli. Ada yang bercengkrama, ada juga yang berselfie ria. Di selasar museum ada juga sekelompok anak muda, sepertinya dari Jakarta sedang berdiskusi serius membentuk lingkaran.

Jadi tunggu apalagi, ini kan hari Jum’at,  besok akhir pekan tidak ada salahnya anda berkunjung ke tiga lokasi ini untuk berwisata sambil menambah wawasan,   sambil jalan-jalan atau menghabiskan akhir pekan.

Pamulang, 10.05 WIB