MENGARUNGI PERJALANAN SPIRITUAL-INTELEKTUAL

Judul: Bahkan Malaikat Pun Bertanya
Penulis: Dr Jeffrey Lang
Pengantar: Jalaluddin Rahmat
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta
Cetakan Pertama: Oktober 2000
Tebal: (xix + 302) halaman

Buku Jefrey Lang

Buku Jefrey Lang

Buku Bahkan Malaikat pun Bertanya ini berangkat dari keprihatinan penulisnya setelah melihat banyak orang Islam di negerinya menghindari atau bahkan mengingkari agama itu, lantaran tak mampu mendamaikan agama yang mereka warisi dengan pandangan Barat sekuler yang mereka peroleh.
Fenomena yang sesungguhnya melanda nyaris semua negeri muslim ini telah membelah umat Islam ke dalam dua kubu yang berlawanan: mereka membekukan dirinya dalam tradisi lama dan mereka yang mengekor pada peradaban Barat.

Yang pertama memandang pemikiran Islam terdahulu sebagai rujukan ideal, dan yang kedua melihat Barat sebagai puncak peradaban. Yang pertama kaum fundamentalis, sedangkan yang kedua kaum liberal.

Kedua kelompok itu sama “menyesatkan”. Agar tidak terperangkap dalam bahaya itu, lewat buku yang dalam peringkat Amazon.com mendapat bintang lima ini penulis menganjurkan umat Islam senantiasa mengembangkan sikap kritis. Baik dalam memandang realitas faktual yang muncul, maupun dalam memahami pesan-pesan Islam itu sendiri.

Kesan bahwa Islam itu agama orang Arab adalah salah satu stereotip yang populer di Barat. Disebut stereotip karena, kesan-kesan itu terus bertahan walaupun “survei membuktikan” bahwa lebih dari 85 persen umat Islam itu bukan Arab.

Betulkah kita harus menjadi orang Arab untuk menjadi Muslim yang baik? Betulkah nama apapun sebaiknya harus diganti dengan nama Arab, bila masuk Islam atau naik haji?

Hal seperti itulah yang mengusik Jeffrey Lang, ketika ia masuk Islam. Ia memutuskan tidak mengganti namanya, seperti Cassius Clay yang menjadi Muhammad Ali. Ia juga tidak melepaskan dasi dan jasnya untuk ditukar dengan jubah dan sorban seperti Cat Steven, yang mengganti namanya menjadi Yusuf Islam. Ia juga tak pernah mengubah Thank God sebagai pengganti Alhamdulillah.

Menurut mualaf Amerika penulis buku terkenal Struggling to Surrender (telah di Indonesiakan menjadi Pergumulan Menuju Kepasrahan, Serambi, Juni 2002) ini, cara yang paling efektif untuk menghadapi bahaya itu bukan mencegah timbulnya pertanyaan atau kritik.
Kita harus selalu bertanya dan mempertanyakan, katanya. Bahkan malaikat yang sangat dekat dengan Tuhan pun bertanya! Mereka “berani” mempertanyakan kebijakan Tuhan menunjuk khalifah di muka Bumi: Apakah Engkau akan jadikan disana makhluk yang berbuat kerusakan dan menumpahkan darah.

BUKU ini membawa pembaca mengarungi perjalanan spiritual intelektual dengan mendiskusikan konflik-konflik yang terjadi antara agama dan akal, rintangan-rintangan yang dipasang oleh kaum Muslim sendiri yang menghalangi orang untuk memeluk Islam, ekstremisme dalam komunitas Islam, dan lain-lain.

Bahkan Malaikat Pun Bertanya, memiliki arti umum yang sangat penting, ditulis dengan sangat bagus (orang mungkin tidak mengira bila penulisnya seorang guru besar matematika), dan merupakan hasil dari kajian yang baik.

Memang buku ini adalah gambaran hidup tentang bagaimana Jeffrey Lang begitu tertarik kepada Islam tanpa terbendung lagi. Namun, buku ini juga menawarkan suatu program yang solid dengan menawarkan alasan yang baik bagi semua orang Amerika lainnya memerlukan kajian rasional yang luas dan mendalam sebelum berserah diri pada Allah.

Perjalanan spiritual Dr. Lang menjadi terkesan unik dan menarik ketika ia ingin meninggalkan watak keamerikaannya dan menjadi Muslim. Ia gagal. Tetapi, ia berhasil menemukan pencerahan baru: no escape from being an american. Ia tidak perlu lari dari ke-Amerikaannya.

Menjadi Islam tidak berarti harus menanggalkan semua latar belakang budaya. Islam tidak pernah datang dari suatu vakum kultural. Karena itu, maka ditemukanlah Islam Arab, Islam Iran, Islam India, Islam Cina, Islam Indonesia. Dan mengapa tidak boleh ada Islam Amerika?

Akan tetapi, jika kita menerima usulan Lang, tidakkah jatuh pada hambatan besar: mengekor Barat? Memang disamping kaum fundamentalis yang mengekor kebudayaan Arab, kita juga menemukan kaum liberal yang mengekor Barat sebagai puncak peradaban.

Terlepas dari jebak-jebakan itu, Dr Lang menganjurkan agar kita tetap mengembangkan sikap kritis. Ia menulis pada bab 2 buku ini: “Cara paling efektif untuk menghadapi bahaya itu bukanlah mencegah timbulnya pertanyaan atau kritik, melainkan justru harus sebaliknya. Komunitas Muslim harus terus mendorong kedua hal itu. Kita cenderung berbuat salah manakala kita tidak mau bersikap kritis pada diri sendiri”.
***
MEMBACA buku ini dari awal sampai akhir adalah mengikuti perjalanan spiritual, bukan saja seorang Muslim Amerika, tetapi juga perjalanan intelektual Muslim di mana pun ketika ia dihadapkan pada kegelisahan karena benturan Islam konseptual dan Islam aktual.

Dalam buku ini juga dijelaskan tentang perspektif orang non-Muslim tentang Ramadhan. Mereka menilai bahwa puasa merupakan ibadah ritual yang paling keras dalam Islam (hlm 216).
Namun perlu diperhatikan, bahwa ada beberapa kekhawatiran dari buku ini, yakni dapat menjerumuskan pembaca non-Muslim pada kesan keliru dan sepihak tentang kaum Muslim. Boleh jadi pemburukan media Barat atas citra kaum Muslim dan agama mereka.

Jeffrey Lang menulis dengan sangat persuasif. Ia meyakinkan kita tidak saja dengan argumentasi yang logis dan tidak terbantahkan, bukan hanya dengan dalil akli (berdasarkan akal) dan nakli (berdasarkan Al-Qur’an).

Uraian Dr Lang dalam buku ini juga menyentuh emosi kita dengan kisah-kisah yang terkadang jenaka, terkadang mengharukan. Bisa dibaca oleh siapa saja dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan serius maupun ringan.

(Eva Rohilah, mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta)

Ini adalah tulisan pertama saya yang dimuat di harian Kompas edisi 11 Maret 2001, waktu itu ditelepon sama Pak Dewa Brata Redaktur Pustakaloka yang terbit setiap Senin, dari sini pula saya diberi beberapa buku baru dari Penerbit Serambi yang Chief Editornya Pak Qamaruddin SF, setelah saya kerja di Pustaka Alvabet jadi mitra kerja sesama penerbit.

JUNJUNGLAH TINGGI SISTEM NILAI YANG EGALITER

Judul: Seks, Gender, dan Reproduksi Kekuasaan
Penulis: Dr. Irwan Abdullah
Editor: Ana Samsuri
Penerbit: Tarawang Press Yogyakarta
Cetakan 1 Maret 2001
Tebal: (xvi + 222) halaman

Buku Irwan Abdullah

Buku Irwan Abdullah

Diawali dengan ide dan gagasan RA Kartini lewat buku Habis Gelap terbitlah Terang perjuangan perempuan untuk kesetaraan hak sampai kini terus bergulir. Bahkan, belakangan ini wacana itu menjadi semakin marak, lantaran dalam rentang waktu yang demikian panjang dan lama, perempuan menuju persamaan hak belum juga mencapai klimaks.

Dalam struktur yang hegemonik sekalipun, sesungguhnya perempuan melakukan pilihan bagi hidupnya. Perempuan bukan pihak yang menerima begitu saja kenyataan hidup.

Akan tetapi, mengapa dalam praktik sosial, perempuan mau mengalah atau dikalahkan? Kesalahan utama yang dilakukan para politisi, peneliti, dan kaum feminis, adalah mereproduksi struktur patriarirkal dengan menekankan wacana ketimpangan jender, perempuan sebagai makhluk yang lemah, tergantung, halus, dan sebagainya.

Dengan cara itu sesungguhnya kita tidak melakukan apa-apa untuk kesejahteraan perempuan. Sebaliknya, perempuan malah tersubordinasi secara terus menerus oleh wacana yang dibangun orang-orang yang sangat ingin membantu perempuan sekalipun
***
Buku Seks, Gender, dan Reproduksi Kekuasaan ini terdiri dari empat bagian, atau sebelas bab. Ditulis dengan saksama oleh dosen Fakultas Sastra UGM yang sangat tertarik pada masalah perempuan sejak mahasiswa. Penulis itu Dr. Irwan Abdullah, seorang feminis kelahiran Aceh Utara 37 tahun yang lalu.

Melalui bukunya tersebut ia berusaha membawa pembaca mengikuti dua arus besar yang melanda dunia ketiga. Dalam ranah sosial, pembicaraan mengenai perempuan telah mengalami pergeseran yang cukup signifikan pada saat konsep “jender” digunakan sebagai perspektif. Jender lebih menunjuk kepada relasi dimana kaum lelaki dan perempuan berinteraksi.

Hal tersebut menjadi rumit tatkala perempuan memainkan berbagai peranan sekaligus. Perempuan ideal kemudian menjadi superwoman yang memiliki kapasitas domestik dan diharapkan memiliki kapasitas dalam bidang publik secara sempurna. Posisi laki-laki disini tampak cenderung tidak digugat.
Secara implisit dinyatakan bahwa peran publik merupakan tanda kemerdekaan perempuan, dan peran domestik digugat karena dianggap telah memenjarakan perempuan. Cara-cara seperti ini sesungguhnya ikut mereproduksi realitas tentang stratifikasi sosial.

Dalam proses migrasi dari domestik ke publik, perempuan harus mengeluarkan biaya ideologi yang begitu besar. Perempuan tidak hanya harus memiliki kualitas yang sama dengan laki-laki untuk memenuhi kriteria sebuah pekerjaan, tetapi juga harus cantik dan menawan. Bukankah ini sekaligus pelecehan terhadap perempuan.

Pada bagian lain, arus balik yang terjadi berasal dari realitas ekonomi. Hal ini berawal dari penandaan tubuh perempuan yang terbingkai dalam fungsi biologis reproduktif ke arah fungsi ekonomi demi ekspansi kapital. Tubuh dan hasrat digunakan sebagai titik sentral produk yang disebut sebagai ekonomi libido.

Pembahasan soal itu menjadi menarik ketika menyangkut masalah tubuh perempuan dalam iklan dan rimba laki-laki. Stigma ini cukup diimbangi dengan peranan perempuan dalam berbagai sektor ekonomi.

Resensi Edisi Cetak di Harian Kompas

Resensi Edisi Cetak di Harian Kompas

Imbangan itu antar lain tampak dari hasil penelitian tentang bagaimana peranan perempuan dalam pasar, pedesaan, dan kerajinan rumah tangga yang lebih menenkankan pada aspek mobilitas dan mengangkat marginalitas profesi seperti bakul (penjaja), tukang jamu. Bahkan juga peranannya dalam home industry.
***

Pesan utama dari penulis adalah bahwa usaha perbaikan kehidupan perempuan bukan usaha memerangi laki-laki tetapi mengubah sistem dan struktur yang menempatkan laki-laki sebagai subyek dan perempuan sebagai objek. Perubahan ini akan terjadi apabila bertumpu pada struktur yang menjunjung tinggi sistem nilai dan ideologi yang egaliter.

Kekuatan utama buku ini pada epilog yang merupakan rajutan dari berbagai bab. Masing-masing bagian digarap secara serius karena beberapa bahan dalam buku ini hasil penelitian lapangan serta riset perpustakaan yang dilengkapi dengan data kuantitatif yang cukup akurat.

Disamping itu ada terobosan yang cukup berani untuk melakukan penyegaran, penyusuran, dan penggerusan yang cukup mendalam atas kompilasi wacana yang telah ada, kritikan terhadap kaum feminis, sampai sindiran yang tajam terhadap kaum oportunis.

Sayangnya ada satu kelemahan yang cukup fatal, yaitu tidak seimbang (equal) antara judul buku dengan substansi, yakni dimensi seksisme kurang begitu disentuh secara mendalam. Ulasannya teramat singkat hanya sebatas retorika dan obyektivitas reproduksi dalam kaitannya dengan kekuasaan lelaki.

Hal itu tentu saja tidak dapat dilepaskan dari peran editor yang kurang memperhatikan grand opinion dan tidak fasih dalam menerapkan gaya penulisan ilmiah sehingga buku ini terkesan kaku meskipun alur penulisannya dari awal hingga akhir menarik.

Akan tetapi, setidaknya, sampul bergambar RA Kartini yang melankonis akan sedikit mengeliminir kelemahan buku ini. Yang jelas, dengan kelebihan dan kekurangannya itu, buku ini telah menambah panjang koleksi buku feminis. Siapapun yang peduli akan nasib, pendidikan, dan masa depan perempuan akan memperoleh manfaat dari buku ini.
(Eva Rohilah mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Dimuat di Harian Kompas edisi 28 Mei 2001

JANGAN LUPAKAN TRADISI

Judul: Agama, Negara, dan Penerapan Syariah
Judul Asli: Ad-Din Wa Ad Daulah wa Tathbiq As-Syari’ah Markaz Dirasat al-Wahdah al-Arabiyah (Beirut 1996)
Penulis: Muhammad Abed Al Jabiri
Penerjemah: Ulin Nuha
Penerbit: Fajar Pustaka Bru, Yogyakarta
Cetakan I, September 2001
Tebal: (xxxvi + 201) halaman

Buku Abed Al-Jabiri

Buku Abed Al-Jabiri

MUHAMMAD Abed Al-Jabiri seorang pemikir terkemuka Arab saat ini yang mengangkat berbagai gagasan segar dalam rangka kebangkitan Islam, khususnya di lingkungan negara Arab. Ia punya analisa yang cukup signifikan terhadap masalah yang menyita kaum muslim tentang hubungan negara dan agama.

Masalah itu menjadi mendesak karena kemunculan negara-negara bangsa (nation state) dan berhembusnya semangat sekularisme yang dibawa Barat Modern. Dia mengemukakan pertanyaan apakah Islam itu agama atau negara merupakan pertanyaan palsu karena diajukan oleh kebudayaan Barat dengan segala pengakuan historis yang dilaluinya, bukan cermin realitas kaum Muslim sendiri.

Menurut Al-Jabiri, kalau mau jujur menelaah Al Qur’an dan sejarah Islam, kita akan menemukan fakta bahwa Islam tidak pernah menentukan jenis dan bentuk negara. Rujukan historis maupun praktis tentang kenegaraan Islam hanya ada pada praktik sahabat Nabi SAW, yang menurut dia, itu hanya suatu ijtihad.

Oleh karena itu, sesuai perkembangan zaman, Al-Jabiri dengan tegas mengatakan bahwa demokrasi merupakan sesuatu yang niscaya bagi kaum Muslim untuk masa kini dan masa depan. Meskipun dia tidak naif dengan mengatakan bahwa para sahabat Nabi SAW telah mempraktikkan demokrasi melalui ajaran syura yang dianggap mempunyai urgensi yang sama dengan demokrasi.

Jika negara itu demokratis, bagaimana dengan penerapan syariah, bagaimana meletakkan syari’ah dalam sebuah negara demokrasi? Al-Jabiri kembali membongkar tradisi dan sejarah secara rasional. Baginya, praktik kenegaraan dan penerapan hukum syariah harus dikaji dan ditelaah secara mendalam. Di sini hukum Islam dianggap sebagai hukum yang hidup (the living law) dan menjiwai setiap aturan tanpa memaksakan simbol sebagai suatu ciri yang otentik.

Buku yang merupakan terjemahan dari kumpulan artikel dari Bahasa Arab ini ditulis oleh Abed Al-Jabiri yang dewasa ini pemikiran dan gagasan-gagasannya dibicarakan oleh kalangan intelektual Muslim berkenaan dengan semakin menguatnya wacana post tradisionalisme Islam dan kajian tentang Islam Liberal.
***

TIDAK ada salahnya jika sebelum membaca buku ini akan diperkenalkan terlebih dahulu tentang sosok Al-Jabiri.
Intelektual Muslim kelahiran Maroko tahun 1936 ini menempati posisi garda depan pemikiran Islam Arab kontemporer, sederajat dengan Muhammad Arkoun, Hassan Hanafi, Nashr Hamd Abu Zayd, Bassam Tibi, Muhammad Imarah, Fatima Mernisi, Adonis. Al-Jabiri sering menulis berseri di beberapa harian ternama Timur Tengah, seperti Al-Syarqah Ausath.

Dalam suatu kesempatan pada waktu seminar di Berlin, Jerman, yang diselenggarakan oleh Federich Ebert Stiftung pada tahun 1996, Al-Jabiri bertemu dalam satu forum dengan Abdurrahman Wahid dan Fatima Mernissi yang sama-sama berbicara tentang Civil Society In the Moslem World.

Edisi Cetak Harian Kompas

Edisi Cetak Harian Kompas

Salah satu tulisannya yang terkenal adalah Naqd al-Aql al’Arabi (Kritik Nalar Arab) yang mejadi perdebatan di kalangan intelektual Muslim karena berbeda dengan “Kritik Nalar Islam” Arkoun. Dalam bahasannya itu, jelas sekali pemikirannya tentang perubahan makna akal tersebut banyak dipengaruhi oleh tokoh filsafat Perancis seperti Jacques Lacan, Althusser, Jacques Derrida, Roland Barthes, dan Michael Foucoult.

Hingga kini tulisan-tulis Al-Jabiri bentuk buku telah mencapai angka belasan. Salah satu kumpulan tulisannya di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ahmad Baso bejudul Post Tradisionalis Islam (LKiS Yogyakarta, 2000) banyak mengulas tentang pejalanan intelektual Al-Jabiri dan relevansi tradisi dalam pemikiran Islam kontemporer.
***

DALAM penuturannya yang cukup lugas lewat buku ini terasa kepeduliannya terhadap tradisi (al turats) cukup kental dan mewarnai uraiannya. Salah satu persoalan krusial saat ini bagi kebangkitan Islam adalah bagaimana menyikapi tradisi dalam kehidupan bernegara dan beragama yang telah diwariskan dari generasi ke generasi sepanjang sejarah.

Menurut Al-Jabiri ada dua hal penting yang menyertai kekinian, yang tetap hadir dalam kesadaran atau ketidaksadaran kita, dan kedua adalah tradisi yang mencakup kemanusiaan yang lebih luas seperti pemikiran filsafat dan sains.

Sikap kaum Muslim terhadap tradisi mempunyai corak yang berbeda, ada yang menolak apa saja yang bukan dari tradisi Islam karena apa yang ada dalam tradisi tersebut dinilai sudah memadai. Seperti ulama konservatif dan mereka yang justru tidak memiliki pengetahuan yang memadai karena dididik oleh tradisi lain yang sudah memadai.

Kedua, mereka yang menganggap bahwa tradisi sama sekali tidak memadai dalam kehidupan modern saat ini, karena itu harus dibuang jauh-jauh. Kelompok ini adalah mereka yang berpikiran sekuler dan liberal ala Barat sehingga menganggap kebangkitan tidak akan bisa dicapai kecuali mengikuti pola Barat.

Kedua sikap tersebut menunjukkan sikap yang saling bertolak belakang (ekstrem). Oleh karena itu Al-Jabiri mencoba mencari jalan keluar dari dua sikap ekstrem itu dengan tawaran agar kita berusaha bersikap dan berpijak pada tradisi. Namun, tentu bukan dalam kerangka tradisi kita melebur didalamnya dengan segenap gerak dan gelombangnya, tetapi lebih diperlakukan sebagai produk kebudayaan manusia, sebagai produk ilmiah yang senantiasa berkembang.

Dari sini kita belajar berpijak pada tradisi kita sendiri secara sadar, kritis, dan rasional. Di Indonesia pemahaman tentang konsep ini sekarang sedang aktual diwacanakan sebagai “post tradisionalisme”.
***

BUKU yang terdiri dari dua bagian ini berusaha memposisikan hubungan agama dan negara dalam rujukan tradisi dan kebangkitan (renaissance). Penerapan syari’ah diulas secara mendetail, mulai salafisme sampai dengan ekstremisme, antara akidah dan syari’ah, juga diusahakan merasionalkan hukum-hukum syari’ah (hlm 168).

Beberapa kritik terhadap Mazhab Syafi’i, dan ajakan untuk menolak hukum (hudud) berdasarkan argumen ketidakjelasan, akan menjadi wacana yang menarik ketika hukum diletakkan dalam posisi agama dan negara, dengan memperhatikan tradisi dan budaya lokal.

Metode telaah kontemporer yang diajukan Al-Jabiri, merupakan sebuah terobosan yang cukup penting dan aktual dengan kondisi tanah air kita. Selama ini banyak orang yang menelaah tradisi untuk mencari sandaran otoritas belaka tanpa menyadari dimensi historis dan ideologis yang melahirkan tradisi itu.

Dalam hal ini sikap terbuka Al-Jabiri terhadap demokrasi dan HAM dengan tanpa sedikit pun merasa terancam dengan kehilangan identitas keislamannya, juga merupakan satu hal yang patut diperhatikan.

Dalam hal tersebut strategi Al-Jabiri untuk mendudukkan pemikiran Barat dan Islam pada mekanisme dan historitasnya masing-masing, adalah sesuatu yang diambil dari semangat Ibn Rusyd dalam menjelaskan hubungan agama dan filsafat. Itu boleh dibilang sebagai merupakan strategi yang cukup menjanjikan.

Terlepas dari sampulnya yang kurang begitu menarik, isi buku ini akan sangat bermanfaat bagi khazanah intelektual Muslim, sebagai wacana alternatif dalam membincangkan kembali agama, negara, dan penerapan hukum (syari’ah) secara proporsional, tanpa melepaskan tradisi, pluralisme, dalam dinamika pergolakan pemikiran Islam kontemporer.

• EVA ROHILAH
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Dimuat di Harian Kompas edisi 22 Maret 2002

Judul: Kaum perempuan dan Ketidakadilan Sosial
Judul asli: Woman and Social Injustice
Penulis: Mahatma Gandhi
Alih Bahasa: Siti farida
Penyunting: Kamdani
Penerbit: Pustaka Pelajar Yogyakarta, Cetakan I, Juni 2002
Tebal: xxi+ 443 halaman + indeks

Sampul Buku

Dilema Kaum Perempuan dalam Menciptakan Perubahan

DI dalam sejarah, tidak ada seorang pemimpin yang memiliki pengikut sedemikian besar dalam masa hidupnya, baik di negerinya sendiri maupun di seluruh dunia, seperti Mahatma Gandhi. Dan, tak ada seorang pria yang bisa membangkitkan pengabdian dengan segenap ketulusan hati bagi kaum perempuan, selain Gandhi.

Alasan dari semua ini tidaklah sulit dicari. Gandhi memiliki kapasitas diteladani atas kesediaannya untuk menjadikan dirinya sebagai alas kaki bagi orang lain, terutama bagi orang-orang yang tengah berada dalam ketertindasan dan ketidakberdayaan.

Selain dikenal sebagai Bapak Anti Kekerasan (ahimsa), Gandhi adalah pejuang paling gigih yang membela kaum perempuan. Tak ada seorang pria pun yang pengabdiannya untuk menjunjung martabat perempuan sebesar Gandhi. Gandhilah yang mendudukkan kaum perempuan India sejajar, bahkan lebih tinggi, dari kaum pria. Kata-kata Gandhi selalu bertenaga, didengar, dan dilaksanakan pengikutnya, karena ia selalu menjadi implementator pertama dari apa yang dikhotbahkan. Ia selalu memulai pembaruan dari dalam dirinya dan keluarganya sendiri.

Dalam konteks pembaruan dan penegakan kebenaran, Gandhi menjadi pengkritik yang keras dan tanpa ampun bagi dirinya sendiri, yaitu pada saat dia menyadari dirinya menjadi “pemilik budak” (ini adalah sebutan Gandhi yang ditujukan kepada dirinya sendiri). Maka sikap beliau terhadap istrinya menjadi berubah, dan dengan perubahan tersebut, beliau memulai karya dan perjuangan bagi emansipasi kaum perempuan secara keseluruhan.


GANDHI selalu berbicara tanpa mengenal takut menentang sistem yang memaksakan status janda, purdah, persembahan gadis-gadis pada kuil-kuil, perbudakan ekonomi, dan perkawinan terhadap kaum perempuan.

“Pria dan perempuan statusnya sama”. Saya tidak akan pernah berkompromi dalam hal hak-hak perempuan. Dalam pandangan saya, kaum perempuan seharusnya bekerja di bawah undang-undang yang melegitimasi kelemahan kaum perempuan secara tidak sah, tetapi tidak diperlakukan kepada kaum pria. Saya harus memperlakukan anak laki-laki dan perempuan dengan berpijak pada kesetaraan yang sempurna. “Berpikir bahwa smriti (ajaran yang berisi aturan-aturan tak tertulis) mengandung teks-teks yang membolehkan seorang pria untuk tidak menghormati dan menghargai kemerdekaan kaum perempuan sebagai mana kemerdekaannya sendiri dan menghormatinya sebagai ibu bangsa, ini adalah sesuatu yang memalukan”. Perkataan yang dihubungkan dengan manu, yaitu bahwa “bagi kaum perempuan tidak ada kemerdekaan”, bagi saya (Gandhi) bukanlah kata-kata suci”.

Ungkapan-ungkapan di atas tak lain adalah beberapa cuplikan kalimat dari tulisan-tulisan Gandhi atas nama kepentingan kaum perempuan yang tertindas.


PADA saat ini, persoalan kekerasan versus antikekerasan adalah sesuatu yang sangat penting. Pesan Gandhi adalah seruan yang nyaring bagi orang-orang yang meyakini antikekerasan sebagai jalan lintas yang paling cepat dan dekat untuk menuju ke surga, untuk mengerahkan kekuatan di sisinya.

Ucapan-ucapan dan tulisan-tulisan Gandhi atas nama kepentingan kaum perempuan telah membangkitkan perasaan tanggung jawab bagi setiap pencinta kemanusiaan dan bahkan orang konservatif yang paling keras sekalipun. Karya-karya Gandhi sangat penting maknanya, terutama bagi kaum perempuan, karena semuanya menyentuh setiap aspek kehidupan mereka dan bisa berfungsi sebagai petunjuk yang tepat bagi kaum perempuan pada saat-saat sulit dan tertekan.

Yang terpenting, karya-karya Gandhi itu menyerukan kepada kaum perempuan akan kewajibannya-melahirkan dan mengabdi-bagi kemajuan kaum perempuan sendiri, bangsa, dan kemanusiaan secara luas. Semangat inilah yang harus ada bagi setiap perempuan yang membaca buku ini. Kita ada untuk mengambil keputusan zaman baru.

Buku ini merupakan terjemahan dari tulisan-tulisan Gandhi yang dipublikasikan di media massa India. Dalam buku ini, Gandhi mengungkapkan pikiran-pikirannya di sekitar kaum perempuan (kedudukan, peran, dan jasa) dan kelemahan alam budaya partiarkal. Dalam konteks sekarang, gagasan-gagasan Gandhi yang revolusioner perlu dikaji kembali dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan bahasa yang provokatif, buku ini secara lugas mampu mendedahkan berbagai macam persoalan perempuan. Dari mulai pendewaan yang salah terhadap kaum perempuan (hlm 55) sampai dengan cobaan berat bagi kaum perempuan (hlm 423). Semuanya diracik dalam suatu tulisan yang padat dan singkat, dan langsung menukik pada inti persoalan.

Meskipun dengan setting sosial India, apa yang ditulis dalam buku ini bisa juga terjadi di Indonesia, sehingga buku ini cukup representatif untuk dijadikan sebagai bahan perbandingan (komparasi) untuk menganalisa permasalahan jender dan dinamika gerakan perempuan. Tidak menutup kemungkinan buku ini dijadikan sebagai sumber sekunder dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan posisi perempuan dalam perjuangannya untuk menuntut perubahan atau mengeliminir ideologi patriarki yang selama ini merasuk dalam berbagai dimensi kehidupan.

Kompas Minggu, 22 Desember 2002

Auliana Cahya Ifani S.Pd

Guru TK Inspiratif 2022

Didiklah aku Sesuai zamannya karena aku tidak hidup di zamanmu-Ali Bin Abi Tholib

Di era yang serba cepat sekarang ini, yaitu dimana teknologi menguasai semua kehidupan, inovasi dalam setiap pembelajaran sangatlah penting dilakukan. Hal inilah yang kemudian dipahami oleh Auliana Cahya Ifani S.Pd guru Taman Kanak-kanak Al-Azhar 45 Cilodong Depok, Jawa Barat.

  Best Practice berjudul Praktik Pembelajaran Terdiferensiasi melalui metode Project Based Learning Augmented Reality (PARE) yang digagas Auliana Cahya Ifana adalah metode mengajar yang ia tuangkan dalam ajang Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Kemasyarakatan (PAUD) Dikmas Inspiratif 2022 yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam rangka menyambut Hari Guru Nasional 2022.

Belajar Sesuai Perkembangan Teknologi

Auliana Cahya Ifani selalu menggunakan hati nuraninya ketika mengajar, terutama dalam menggunakan teknologi kepada siswa-siswi TK Al-Azhar 45 Cilodong Depok. Ia berharap jika penemuannya dalam metode PARE menjadi langkah yang baik bagi perkembangan wawasan dan pengetahuan guru TK di masa yang akan datang.

“Saya berharap dengan Project Based Learning Augmented Reality yang saya terapkan di sekolah, dapat menjadikan para guru TK menjadi guru yang tercerahkan dalam wawasan dan ilmu pengetahuan,” ujar Auliana Cahya Ifani.

Kegiatan Bermain Augmented Reality (AR)

Selain itu, Auliani Cahya Ifani juga berharap materi pelajaran yang disampaikan melalui PARE dapat menarik dan berwawasan serta optimal dalam penyampaiannya. Sehingga dengan menerapkan inovasi yang ia laksanakan ini para guru termotivasi melakukan inovasi dalam pelbagai mata pelajaran yang diterapkan.

Selanjutnta Auliana Cahya Ifana memberikan contoh bagaimana ia menerapkan PARE ibarat Big Picture Project dimana ini menggunakan beberapa metode seperti melukis, mewarnai, menggambar, serta berbagai teknik seperti menempel, kolase, menggunting, merobek dan melipat. Ragam metode dan teknik ini dapat menjadi pilihan anak sesuai dengan minat dan kemampuan anak, sehingga setiap anak dapat mengekspresikan ide-idenya dengan bermacam-macam cara.

Hal ini tentu saja sangat berkaitan dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak semestinya diberikan kepada para siswa-siswi Taman Kanak-kanak ketika akan mengajar. Dimana pembelajaran terdiferensiasi menggunakan Augmented Reality (AR) ini dalam proses apersepsi sebelum kegiatan, sehingga anak dapat mengetahui gambaran asli dari biota-biota laut yang menjadi topik pembuatan projek, yaitu Under The Sea.

            “Penggunaan AR ini dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan memunculkan rasa ingin tahu anak terhadap pembahasan tema atau topik di kelas,” ujar Auliana Cahya Ifana.

            Proses Seleksi yang Mendebarkan

            Sebelumnya, Auliana Cahya Ifana mengetahui ada informasi tentang Apresiasi Pendidik PAUD Dikmas Inpiratif 2022 dari pengawas Kecamatan Cilodong, Depok yang kemudian ia lombakan di tingkat Kabupaten dan berhasil menjadi juara 2.

              “Pada proses ini saya mendapatkan masukan dari pengawas TK Kota Depok,  kemudian saya akomodir ke dalam karya yang akan saya kirimkan melalui platform Merdeka Mengajar,” ujar Auliana Cahya Ifana.

            “Setelah pengumuman yang mendebarkan, yaitu ketika saya masuk 20 besar tingkat nasional, H-1 saya baru mendapatkan baju adat jawa barat karena sebelumnya sempat bingung apakah saya mewakili Depok yang adatnya Betawi ataukah mewakili provinsi Jawa Barat, dan ternyata baju adatnya perwakilan provinsi,” ujarnya menyampaikan kebingungannya terus terang.

            Tidak hanya itu saja, banyak hal mendebarkan lainnya seperti kamar hotel yang tersedia ketika suaminya mengantar ke lokasi acara, sistem kocok untuk persentasi sampai mau mandi juga merasa khawatir. Namun akhirnya peristiwa mendebarkan itu pupus sudah ketika pada tanggal 23 November pukul 17.00 Direktorat PAUD Dikmas mengumumkan bahwa ia lolos dan harus persentasi di urutan 17.

            Tentu menjadi guru TK terbaik dan terinspiratif tahun 2022 ini bukanlah hal yang mudah, karena banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi terutama dalam menyusun Praktik Baik.  Beragamnya pemahaman guru menyadarkan Auliana bahwa ilmu pengetahuan guruguru harus diupdate atau diupgrade agar selalu mengikuti perkembangan zaman terutama dalam hal teknologi tak jarang menjadi hambatan.

“Metode AR atau Augmented Reality merupakan metode yang belum familiar bagi anak maupun beberapa guru yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran ini, sehingga perlu penyesuaian dan briefing sebelum memberikan metode ini kepada anak,” ujar Auliana Cahya Ifana menegaskan.

Sedangkan tantangan lainnya adalah karakteristik anak pasca pandemik yang masih memerlukan motivasi dalam mengambil keputusan, memilih yang diinginkan serta kemandirian. Hal ini disebabkan karena pada saat pembelajaran dilakukan secara online/jarak jauh.

Tidak semua orangtua dapat mendampingi anak-anaknya karena bergantung kepada pengasuh atau bahkan dibiarkan mengikuti kelas online sendiri. Tantangan lainnya lebih kepada kendala teknis yang terjadi terkait perangkatperangkat yang digunakan, seperti alat perekam (camera, handycam, mic) saat shooting maupun kekurangan bahan, dan lain sebagainya. Namun semua kendala tersebut dapat diantisipasi melalui pengecekan dan ujicoba sebelum pelaksanaan pembelajaran.****

Perkembangan destinasi wisata di Kabupaten Blitar berkembang pesat, banyak lokasi wisata kekinian yang dibangun, namun jauh dari pusat pemerintahan. Salah satunya adalah Puncak Sekawan, tempat wisata terbaru yang banyak dikunjungi warga Blitar raya.

Lewat Jalan Terjal Perkampungan Desa Semen

Puncak Sekawan berada di Desa Semen Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar, yang bisa ditempuh sekitar 51 Menit atau 21 KM dari tempat tinggal kami di Banggle Kanigoro. Anda bisa masuk melewati Pasar Semen belok kanan melewati jembatan dan menyusuri jalan perkampungan yang sempit.

Saya sarankan jika hendak ke Puncak Sekawan lebih baik menggunakan sepeda motor karena jalan yang dilewati cukup terjal dan tidak terlalu lebar. Malah ada salah satu jalan yang rawan longsor, jadi bawa motorpun harus hati-hati dan pastikan motor anda memiliki kekuatan naik ke tanjakan yang lebih tinggi.

Dibanding dengan jalan ke Telaga Rambut Monte maupun Hutan Pinus Loji, jalan ke Puncak Sekawan lebih rumit dan berkelok-kelok. Waspada jika membawa anak kecil.

Ratusan Anak Tangga Melelahkan

Setelah melewati jalan terjal sepanjang 21 KM akhirnya sampai juga di destinasi wisata yang memiliki tempat parkir luas ini. Dengan tiket Rp12000, akhirnya saya sampai juga di Puncak Sekawan.

Sebelum mencapai puncak, terlebih dahulu kita melewati ratusan anak tangga yang berada di bawah dekat pintu masuk. Cukup melelahkan naik anak tangga ini namun, Anda akan terhibur dengan pemandangan di kanan kiri tangga yang indah dengan tanaman dan pohon-pohon yang hijau.

Melewati Anak Tangga

Usai melewati anak tangga, anda akan ngos-ngosan dan perutpun terasa lapar. Namun, jangan khawatir sesampainya dipuncak tangga ada kafe modern yang menyediakan makanan dan minuman kekinian. Saya pun memesan mie goreng dan es teh. Lalu sama kasirnya diberi alat penunggu antrian yang akan berbunyi jika pesanan kita sudah tersedia.

Cukup lama saya dan suami memesan antrian makanan karena pengunjung yang terus berdatangan di akhir pekan itu. Setelah pesanan datang, kita makan baru setelah itu menikmati pemandangan sekitar.

Destinasi Wisata yang Eksotis

Puncak sekawan terasa sangat dingin di ketinggian 711 mdpl. Destinasi wisata yang eksotis ini sangat cocok untuk dinikmati melepas lelah atau refreshing. Selain memiliki beberapa lokasi yang instagramable, konsep wisata modern yang diusung juga membuat anda betah berlama-lama menghabiskan waktu disini.

Untuk berfoto di ketinggian Puncak Sekawan, saya harus mengantri karena tidak bagus jika berbarengan dengan pengunjung lain. Kami pun sangat senang bisa melompat lebih tinggi di ketinggian dengan view yang menarik.

Banyak diantara pengunjung yang membawa keluarga, sahabat, genk alumni dan juga yang berpasangan mengunjungi Puncak Sekawan, sehingga tempat ini terasa nyaman untuk menghabiskan waktu setelah lelah beraktivitas.

Jadi, jika anda merasa bosan dan ingin jalan-jalan ke tempat wisata yang indah dan menyenangkan di Blitar, Puncak Sekawan layak jadi pilihan. Selamat berlibur.

Blitar, 29 Agustus 2022

Setelah kemarin saya membahas tentang Telaga Rambut Monte, maka hari ini saya akan menceritakan tentang tempat wisata yang sangat terkenal dan menjadi favorit warga Blitar untuk menghabiskan liburan di akhir pekan, namanya Hutan Pinus Loji (HPL) yang berada tidak jauh atau tepatnya sebelum Telaga Rambut Monte.

Tiket masuk ke Pinus loji pun cukup terjangkau untuk rombongan, karena banyak diantara para pengunjung melakukan camping disini, dimana tempat ini sebelumnya merupakan rute pendakian Gunung Kelud.

Kuliner yang Enak dan Murah

Hutan Pinus Loji berada di Desa Tulungrejo, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, dari Banggle Kanigoro bisa ditempuh dengan waktu perjalanan satu jam kurang atau sekitar 20 KM. Saya berdua sama suami berangkat pagi sekitar pukul 09.30 menyusuri Bantaran dengan pemandangan indah dan sampai di Pinus Loji, merasa lapar selama perjalanan.

Lokasi wisata dari pintu masuk cukup jauh, namun Anda jangan khawatir karena jika lapar sepanjang perjalanan sesampainya di lokasi wisata Anda akan disuguhkan kuliner lokal yang enak dan murah seperti mendoan, bakso, kopi dan kuliner lainnya yang dikelola dengan baik oleh masyarakat sekitar dan pengelola wisata.

Pemandangan yang Indah

Seusai menyantap makanan yang ada di sekitar Pinus Loji, saya mulai memasuki gerbang utama wisata. Saat saya berkunjung suasana sangat ramai, banyak rombongan komunitas berkumpul dan bernyanyi menghabiskan waktu bersama.

Pemandangan yang indah sepanjang Pinus Loji membuat para pengunjung tidak mau ketinggalan mengabadikan momen istimewa ini. Mengambil foto dan video banyak dilakukan para pengunjung di depan gerbang utama.

Udara Segar Hutan Bikin Betah

Setelah foto-foto di gerbang utama, saya mulai memasuki hutan dan betah berlama-lama menikmati hijaunya hutan pinus yang indah dengan udara segar. Tidak heran jika tempat ini padat pengunjung, karena merupakan tempat wisata yang bagus dan murah meriah di Kabupaten Blitar.

Sejauh mata memandang, pohon-pohon pinus yang menjulang diterpa sedikit sinar matahari membuat tempat ini sejuk dan nyaman. Saya lihat banyak sekali pengunjung yang menikmati Pinus Loji dengan berbagai cara mereka, sama seperti saya dan suami yang juga sangat menikmati liburan di alam terbuka ini.

Setelah menikmati udara segar dan alam terbuka, saya mulai beranjak ke pinggir hutan yang juga memiliki pemandangan hijau yang sangat menawan. Di sini juga disediakan tempat duduk yang cukup jika Anda ingin bersantai atau istirahat dan juga ada ayunan.

Cocok untuk Camping Keluarga

Setelah hampir dua jam lebih menikmati hutan Pinus Loji, saya dan suami mulai kepikiran untuk kembali lagi suatu saat tapi tidak sebentar, melainkan dengan waktu yang cukup lama seperti para pengunjung lainnya yang melakukan camping bersama teman atau keluarga.

Mungkin satu atau dua hari menginap disana dengan tenda dan membawa bekal secukupnya. Tapi tidak sekarang, namun suatu hari nanti jika sudah tidak ada kesibukan. Jadi buat teman-teman yang berada di Kediri, Malang, Trenggalek dan sekitarnya tidak ada salahnya jika berkunjung ke Blitar sempatkan waktu menghirup udara segar di Hutan Pinus Loji.

Blitar, 25 Agustus 2022

Jika Anda berkunjung ke Blitar, tidak hanya wisata ke Makam Bung Karno dan Candi Panataran yang bisa dikunjungi, namun ada banyak tempat wisata lain salah satunya adalah Telaga Rambut Monte di daerah Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar.

Jarak dari tempat kami tinggal di Banggle, Kanigoro ke Telaga Rambut Monte lumayan jauh, sekitar 1 jam atau 24 kilometer. Kami berempat berangkat siang habis dzuhur dan sampai di lokasi sudah sepi. Tiket masuk pun sangat terjangkau.

Melewati Bantaran Air Sungai yang Jernih

Dalam perjalanan ke Telaga Rambut Monte, kami melewati beberapa desa yang sangat sejuk dan indah. Salah satunya adalah Bantaran, dimana air sungai yang ada di Bantaran Gandusari ini mengalir sangat indah dan jernih.

Sejuk dan segar, selama perjalanan itu membuat kita tidak merasa lelah. Di sekitaran Bantaran ini kami berhenti sejenak menikmati pemandangan alam dan sepertinya tidak sabar ingin terjun ke sungai. Akan tetapi tidak ada akses menuju kesana, hanya memandangnya dari pinggir jalan raya.

Tidak lama setelah melewati Bantaran, kami melewati perkampungan yang tidak begitu ramai, tidak jauh dari kampung itulah sampailah kita di Telaga Rambut Monte.

Dihuni oleh Ikan Purba Sengkaring

Sesampainya di lokasi wisata, hari sudah siang dan pengunjungpun sangat sepi. Kami melihat tempat wisata ini sangat asri dan indah, cocok untuk refreshing dan healing. Pertama kali yang akan kita temui adalah danau yang diisi oleh ikan purba Sengkaring.

Konon ikan purba ini tidak boleh diambil sembarangan dan dilestarikan keberadaaannya. Pemandangan yang indah di sekitar danau atau telaga pun membuat kita asyik berfoto-foto. Suasana sunyi dan hanya ada satu pedagang membuat liburan kami terasa sangat private.

Danau atau telaga Rambut Monte dengan airnya yang kebiruan sangat cocok untuk dinikmati saat liburan akhir pekan bersama keluarga. Dijamin tidak akan menyesal karena akan banyak tempat-tempat yang enak untuk makan, berkumpul dan duduk-duduk menikmati pemandangan.

Bendungan Sumber Dandang

Tidak jauh dari lokasi danau, kami mendaki sedikit ke bendungan Sumber Dandang. Ada sekitar setengah kilo kami berjalan dan tempatnya pun sangat indah. Di sekitar kami berjalan ada sungai-sungai yang airnya sangat jernih dan mengalir deras kencang sehingga jika tidak malu kita semua ingin berenang. Cuma karena tidak ada persiapan dan direncanakan jadi cuma dilihat saja.

Bendungan Sumber Dandang tidak begitu besar, namun diisi oleh banyak ikan koi kecil-kecil sampai ikan koi ukuran sedang dan besar. Kami sangat senang menikmati pemandangan di Sumber Dandang karena waktupun sudah menjelang sore.

Mataharipun sudah muncul pertanda sebentar lagi senja akan datang. Tidak terasa hampir 3 jam kami menghabiskan waktu di Telaga Rambut Monte dan Sumber Dandang. Kami sangat terkesan dan ingin kembali lagi suatu hari nanti dengan saudara atau teman yang lain yang lebih banyak biar seru.

Setelah menikmati keindahan Sumber Dandang, kami pun berjalan pulang dan melewati Telaga Rambut Monte, lumayan jauh sampai ngos-ngosan tapi liburan kali ini terasa puas dan menyenangkan.

Blitar 24 Agustus 2022

Saat berkunjung ke rumah Sunariyah di Bekasi pada November 2021 yang lalu, saya tertarik dengan aneka tanaman yang menghiasi rumahnya. Mata saya tertuju pada bunga Philodendron Burle Marx atau biasa disebut Philo Brekele.

Sunariyah sangat menyukai Philodendron Burle Marx, selain ditanam di dalam ruangan, di halaman depan, di tempat laundry juga ditanam dan tumbuh subur. Bahkan yang di dalam rumah, tumbuh bagus dan saya mengira itu seperti tanaman plastik daun-daunnya.

Saya pun meminta Philodendron Burle Marx untuk di bawa pulang ke Blitar, dan dipetikkan 4 tangkai yang dimasukkan ke dalam wadah. Setelah sampai di Blitar, Philodendron Burle Marx hadiah dari Sunar, segera saya rendam di air dalam beberapa hari lalu saya tanam dalam dua pot.

Setelah itu ditanam di halaman belakang tanpa langsung kena sinar matahari selama sekitar 6 bulan dan tumbuh mekar bersemi indah. Daunnya banyak dan cepat berkembang, pada bulan Februari saya pindahkan satu pot ke dapur, dan kemudian pada bulan Mei ini saya pindahkan ke ruang tamu.

Saya gembira tanaman ini tumbuh subur dan daunnya pun banyak. Saya berencana akan mengembangbiakkan menjadi beberapa pot lagi agar bisa semakin bagus dan lebat daunnya.

Sunariyah adalah perempuan kelahiran Lombok. Teman paling lama saat saya sebelum kerja di Jakarta, waktu masih di YLKI dan saya di SP Kinasih Jogjakarta kita ketemu di Bogor. Setelah saya kerja di Jakarta, pada 2003 saya sempat satu kost dengannya dan banyak menolong saya awal-awal merantau, saat itu dia sudah kerja di grup media Tempo.

Pada saat saya pindah ke Ciputat setelah menikah, Sunar juga sempat kos di Ciputat bersama keponakan saya Tina Hermawati yang sekarang jadi abdi negara di Purworejo. Saat menikah pun saya datang dan Anaknya Haura atau Ola, lahir selisih satu hari dengan saya pada bulan Mei.

Persahabatan kami terus berlanjut setelah dia pindah ke Liputan6 SCTV, saya suka main ke kantornya di Senayan City. Pernah nginep di Jatibening beberapa tahun yang lalu, dan dia juga bersama Mas Karno dan Ola pernah main ke Pamulang. Kini dia bekerja jadi Redaktur Nasional di IDN Times dan baru saja mendapat penghargaan dari PWI 2021

Setelah di Blitar saya sering berkonsultasi tentang kerjaan dan lain sebagainya sama Sunar. Foto di atas adalah foto terakhir pertemuan saya di Bekasi. Terimakasih bu, tanamannya. Sukses selalu dan Semoga Sunar, Mas Karno dan Ola sehat sekeluarga.

Blitar, 2 Juni 2022

Sejak kepindahan ke Blitar, kami sudah menjual mobil yang biasa dipakai di Pamulang. Hal itu dikarenakan di masa yang akan datang, kecendrungan orang akan mulai meninggalkan kendaraan berbahan bakar fosil dan menggunakan fasilitas kendaraan umum atau menggunakan sepeda.

Tentu hal ini akan sulit, karena kalau bepergian jauh atau rekreasi butuh mobil untuk jalan-jalan. Tapi demi masa depan bumi yang semakin berat ini dengan jumlah kendaraan pribadi, maka keputusan sulit ini harus diambil.

Bagaimanapun juga di masa depan, siapa yang akan bertanggung jawab terhadap rongsokan mobil-mobil tua yang akan memenuhi garasi rumah warga. Apalagi orang yang memiliki banyak kendaraan mewah di rumahnya, wah itu bukan gaya hidup aku banget. Sekarang ini harus serba simpel dan tidak ribet dengan cicilan mobil,dll.

Selain itu, mulai lebaran ini aku juga memutuskan untuk tidak membeli baju lebaran. Karena, industri fashion sekarang juga sudah bergeser ke pakaian yang ramah lingkungan dan daur ulang.

Artis-artis dunia sudah mulai mengkampanyekan pakaian lama di berbagai acara resmi mereka. Bahkan beberapa inisiator zero waste, membuat tas tote bag dari pakaian bekas. Daripada membeli baju baru lebih baik aku merombak ke tukang jahit baju-baju lama, atau memberi karet baju tidur yang sudah pada kendor.

Tas Totebag dari sisa-sisa kain batik / foto jd.id

Mukena dan baju daster juga sudah cukup, tidak usah sering membeli daster baru, kecuali pakaian yang memang harus kita punya karena badan kita kegemukan atau tidak muat.

Saya membayangkan jika kesadaran ini dimiliki oleh kaum perempuan, maka dunia kita akan semakin ramah lingkungan. Tak ada hiruk pikuk kendaraan, dan para perempuan pun berpakaian sederhana. Hemat hidup dalam segala hal tidak hanya sekedar bersih dari sampah plastik, hemat air tapi kesadaran lingkungan dan perubahan iklim sudah mendarah daging dalam kehidupan mulai dari sekarang.

Namun, apa yang akan terjadi jika ini sudah menjadi kesadaran bersama, terbayang industri otomotif dan ribuan karyawannya akan terkena dampak dari tidak lakunya mobil pribadi. Begitu juga industri fashion dan brand-brand terkenal akan bangkrut.

Tapi itulah konsekuensi dari suatu pilihan yang mana saat ini orang belum menyadarinya. Masih berlomba-lomba dengan kemewahan dan gaya hidup yang tidak ramah lingkungan.

Blitar, 10 April 2022

Pukul 08.30

Panen Tomat

Posted: October 31, 2020 by Eva in Artikel
Tags: ,

Hari ini aku gembira sekali karena pohon tomat di taman belakang mulai berbuah ranum merah.

Tomat Mateng

Kurang lebih tiga bulan pohon tomat ini ditanam rajin disiram sama mas Arif dan sekarang musim hujan pohon tomat jadi tambah subur.

Biasanya tomat aku masak tuna sarden, ikan tongkol kuah tomat dan dimakan mentah bersama daun selada.

Cah Tahu dimakan sama tomat dan selada

Selamat makan siang semuanya.

Blitar 31 Oktober 2020

Sebelum aku mengikuti Herbalife aku sudah ikut senam duluan. Biasanya aku senam tiap hari Selasa dan Sabtu di pekarangan rumah Rahma daerah Sumber Agung sekitar 10 menit dari rumahku. Rahma itu adiknya mas Arif, berarti adik iparku, namun seusia sama aku sama-sama lahir tahun 1979.

Instruktur senam kami yang energik adalah mbak Lilik Susiani rumahnya di Lodoyo. Peserta senam cukup banyak berkisar antara 8-12 orang meskipun yang tercatat 20 orang lebih tapi yang hadir sekitar itu.

Pertamanya ikut senam aku diantar dan ditungguin mas Arif, setelah itu ada teman yang rumahnya Semanding searah sama aku yaitu Mbak Hima Kharisma akhirnya aku sering bareng sama dia. Aku dijemput ke rumah kalau mau senam.

Selain Selasa dan Sabtu senam kumpul bareng teman-teman langsung di Sumberagung, tiap habis masak aku juga senam mengikuti Youtube. Kadang di TV, HP atau laptop.

Senam Aerobik yang aku senangi di Youtube adalah yang instrukturnya Fesya Sahara dengan judul “Senam Aerobik Dangdut Koplo untuk Pemula” durasinya 45 menit cukup membakar keringat sehingga bikin aku gobyos.

Setelah gerak dangdut koplo aku pendinginan memakai lagu Andmesh “Bukan Cinta Biasa” masih dari Fesya Sahara. Terus di tutup oleh lagu barat “A Whole New World” Alhamdulilah badan terasa segar bugar. Kini jika tak senam badanku rasanya keju-keju semua.

Oh ya aku habis ngikutin kelas advance herbalife tapi turunku cuma 8,9 ons gak nyampe sekilo tapi susut perutku tiga sentimeter, sekarang bajuku pada muat lagi. Aku seneng banget. BABku lancar sehingga perutku makin rata hilang lemak-lemak viseralnya dan semangat terus setiap hari.

Blitar 23 Oktober 2020

Lagi Seneng Bikin Kue

Posted: August 26, 2020 by Eva in Artikel

Sudah hampir setahun aku tinggal di Banggle mulai banyak kesibukan, seperti berkebun, beternak dan membuat kue.

Membuat kue ini sebenarnya hobi lama yang telah aku tinggalkan. Dulu waktu masih di Pamulang aku rajin bikin kue.

Yang pertama ta bikin adalah kue lumpur. Resepnya sederhana aku pake kentang setengah kilo.

Setelah membuat kue lumpur aku membuat prol tape. Tape di sini melimpah satu kantong cuma Rp.3000,- aku beli dua kantong buat satu loyang. Prol tape ini makanan kesukaan Mas Arif.

Dan yang terakhir ini baru kucoba sekarang di rumah baru. Yaitu bolu kukus gula merah. Aku cari di internet resepnya banyak. Kalau kue lumpur dan prol tape pake mentega bolu kukus gula merah pake minyak goreng. Aku pake resep yang anti gagal alhamdulilah sukses mekar.

Alhamdulilah tiga kue itu menjadi andalan tiap akhir pekan, jadi tinggal milih bikin kue apa kalau menjelang akhir pekan karena banyak waktu luang untuk membuat kue.

Blitar, 26 Agustus 2020

Pukul 10.28

Lari Pagi Menyusuri Sawah

Posted: January 15, 2020 by Eva in Artikel

Jika di kota besar kita berolahraga ke gym atau pusat kebugaran, di Blitar saya cukup melakukakan jogging dan lari di sekitar perkebunan belakang rumah mengitari area sawah, kebun jagung, kebun cabe dan lain-lain.

Hal ini sudah lama saya lakukan, namun tidak rutin kadang dua kali sehari, tiga kali sehari, bahkan pernah seminggu sekali.

 
Kedepan pengennya tiap hari sekali biasanya saya lakukan habis masak atau habis rumah rapi. Lari dan jogging ini saya lakukan agar sehat dan terhindar dari penyakit Diabetes serta untuk kebugaran.

Jaraknya tidak begitu jauh kurang lebih 2 kilometer sampai keringetan atau satu jam perjalanan. Yuuuk olahraga biar sehat.

2020-01-15 10.43.07

 

Mencoba Kopi Aceh Gayo

Posted: September 25, 2019 by Eva in Artikel

Pada pertengahan September 2019 kemarin kita berdua pulang kampung ke Sukabumi. Dua hari di sana kita banyak jalan-jalan ke pusat belanja yang tidak ada di Blitar seperti Donatello dan Elizabeth.

Kita berdua cuma sebentar di Sukabumi karena harus segera kembali ke Blitar ada kabar duka. Hari sabtu pagi kami naik kereta ke Bogor untuk selanjutnya naik bis Rosalia Indah dari Tajur jurusan Blitar berangkat jam 12.30 WIB.

Karena sampai Bogor pagi, saya mampir ke Lippo mall di Bogor waktu itu masih jam sembilan pagi mall bukanya jam 09.30 WIB. Disana ada warung kopi namanya MAXX Coffee.

Mas Arif membeli kopi Aceh Gayo yang masih bijian, disana bisa langsung digiling dan langsung diseduh gratis satu cup kopi Aceh Gayo, sementara saya pesan coklat Belgia enak banget.

20190925_152951

Setelah menunggu tidak berapa lama kopi dan coklatpun siap diminum. Sambil menunggu dinginnya udara Bogor dan menunggu mall buka kami menikmati minuman di MAXX Coffee.

Setelah selesai, barista memberikan kopi yang sudah digiling, ada tawaran mau digiling halus apa setengah kasar. Mas Arif pesan setengah kasar. Sesampainya di Blitar kopi ini laris buat menjamu tamu sayangnya cuma sedikit 250 gr.

Semoga lain kali bisa mencicipi kopi lainnya dari penjuru nusantara.

Blitar 25 September 2019

Pukul 15.45

Kangen Lima Bulan Tidak Update Blog

Posted: September 4, 2019 by Eva in Artikel

Teman-teman semuanya apa kabar? Sejak April aku tidak update blog, kangen rasanya. Terakhir pas upload iklan rumah, alhamdulilah bulan Mei rumah di Pamulang sudah laku terjual.

Sejak itu tepatnya awal puasa saya sama Mas Arif bangun rumah di Banggle lamanya kurang lebih 3,5 bulan rumah dibangun dan  selesai pada 11 Agustus. Selama itu aku gak kemana-mana fokus nungguin tukang. Kini pertengahan Agustus kemarin pindah dan sekarang sudah ditempatin.

Sekian lama gak pernah update blog, saya jadi kangen menyapa teman-teman. Kini setelah rumah baru selesai dibangun, saya berencana update di blog kembali. Semoga kedepannya mulai bisa menulis rutin lagi.

Blitar, 4 September 2019

Pukul 18:48IMG-20190903-WA0002

Akhir pekan kemarin, kami berdua menghabiskan waktu berkunjung ke salah satu candi yang terkenal di Blitar yaitu Candi Penataran, yang ada di di daerah Nglegok, tidak jauh dari rumah dan bisa diakses oleh kendaraan sekitar 40 menit.

Suasana hari itu cukup cerah. Kami berangkat pagi sekitar jam 10 dan sampai menjelang siang. Di sana ramai sekali pengunjung karena sedang ada acara Pramuka dari seluruh Jawa Timur.

Sebelum masuk ke Candi Penataran, ada seorang penjual durian. Kami pun makan durian dulu sebelum masuk ke Candi. Duriannya mengkel enak sekali dengan harga terjangkau.

Di candi Penataran ada beberapa Candi yang terpisah. Candi Pertama berdiri menjulang di depan, tinggi dan persis menyerupai Candi Prambanan dalam ukuran  mini. Seperti gambar di bawah ini.

Setelah Candi pertama, yang saat itu sedang ramai dikunjungi keluarga dan anak pramuka, saya naik ke candi yang berbentuk datar, yaitu Candi kedua.

Di candi yang kedua ini, kita diperbolehkan naik, tapi hati-hati kalau jatuh. Candi ini lebar di apit oleh dua orang patung penjaga. Kita pun gembira dan foto bersama.

Usai mengitari Candi, kami berkunjung ke tempat pemandian atau semacam kolam untuk mandi orang zaman dahulu kala. Lokasinya agak turun belok di sebelah kanan, suasana di sana sangat asyik dan sejuk di dalam kolam ada beberapa ikan.

Sambil melihat kolam pemandian, mas Arif memesan minuman kopi hitam dan saya pun membeli camilan. Suasana ramai saat ada anak pramuka datang bergerombol. Cukup lama kami duduk di pinggir kolam hingga akhirnya hujan turun.

Menjelang siang, ketika hujan turun kami pun pulang dari Candi Penataran. Jalan-jalan sore itu terasa menyenangkan.

Blitar, 6 Maret 2019

Pukul 12.07 WIB

20190209_104702

Siapa sangka di wilayah Timur Blitar, ada tempat wisata yang sangat bagus dan banyak diminati warga, namun kurang dikenal secara nasional. Namanya adalah Perkebunan Teh Sirah Kencong yang berada di Kecamatan Ngadirenggo, Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar.

Kami berangkat Sabtu 9 Februari 2019 kesana pukul 09.30 pagi, sarapan sebentar, baru jam 09.30 berangkat dan sampai disana sekitar setengah sebelas siang. Lamanya perjalanan kurang lebih dua jam dengan jarak tempuh 87KM dari  kota Blitar.

Hampir Putus Asa Karena Rawan Longsor

Sepanjang perjalanan sebelum memasuki 4 km lagi sampai di lokasi perkebunan kami hampir putus asa, karena kok tidak sampai-sampai ya, selain merasa sangat jauh, jalan yang dilewati juga termasuk daerah rawan longsor.

Namun akhirnya kami teruskan perjalanan mengingat jaraknya kian mendekat. Tidak lama kemudian kami sampai di lokasi, aku minum teh dan coklat sebentar mas arif minum kopi.

20190209_100751

Setelah itu kita naik ke pusat perkebunan untuk melihat pemandangan kebun teh yang indah. Di sana juga sedang ramai karena ada pesta pernikahan.

Kami tidak mengunjungi air terjun maupun candi yang ada disana, kami hanya berjalan-jalan di kebun teh saja dan setelah itu pulang. Usai perjalanan melelahkan kami merasa sangat gembira, karena kekhawatiran sejak tadi kena longsor maupun tempat wisatanya kejauhan terobati dengan sejuknya hawa dingin perkebunan di sini.

20190209_104023

Pokoknya dijamin anda puas, jika jalan-jalan kemari. Yuuk kita ramaikan wisata daerah atau kunjungi wisata yang terdekat dengan anda.

Blitar 13 Februari 2019, Pukul 15.10

 

 

 

Seminggu yang lalu tepatnya hari Sabtu, saya dan Mas Arif melewatkan perjalanan menyenangkan ke daerah Pantai Serang di daerah Panggungrejo, Kabupaten Blitar. Perjalanan yang ditempuh kesana tidak terlalu jauh, kurang lebih 1,5 jam perjalanan dari tempat kami tinggal di Kuningan, Blitar. Berangkat  pukul setengah tiga siang, sampai di lokasi sekitar pukul 16.00 kurang lebih 40 km jarak tempuh perjalanan.

 

Sepanjang perjalanan, jalan mulus diaspal sehingga kami nyaman dalam perjalanan. Tidak terkendala macet atau terhambat suatu apapun. Kami mendengarkan musik sepanjang perjalanan.

Sesampainya disana kami singgah di musholla sebentar, lalu menikmati keindahan pantai yang sore itu sedang tidak begitu ramai. Tidak lama kemudian kita memesan ikan tuna bakar dan nasi sepaket dengan minumannya. Di iringi deburan pantai sore itu kami menghabiskan akhir pekan dengan damai, indah dan menyenangkan.

 

Menjelang sore, sebelum matahari terbenam kami pulang segera ke Banggle Kuningan karena akan mengikuti Fida’an atau memperingati meninggalnya saudara di Bendosewu. Bagi anda yang ingin melakukan perjalanan ke Pantai Serang, sebaiknya siapkan bensin secukupnya karena jalannya cukup jauh kalau dari pusat kota Blitar atau dari Kediri dan Tulungagung.

Yuk Berwisata ke Perkebunan Teh Sirah Kencong, Blitar Timur

13 Februari 2019

Jeda

Posted: February 4, 2019 by Eva in Puisi, Seni, Film dan Budaya

Jeda

Hampir tiga bulan lebih

Tidak menyapa  kalian

Ada banyak kisah

Cerita yang tidak bisa

Diungkapkan dengan kata-kata

 

Kini aku kembali menyapa kalian

Semoga semua baik-baik saja

Tidak kurang suatu apapun

Sehat dan sederhana

 

Sampai berjumpa lagi

Meniti hari bersama

Saling menyapa

Saling berbagi cerita

 

Blitar, 04-02-2019

Kerennya Pasukan Polisi Bersepeda

Posted: December 5, 2018 by Eva in Lingkungan
Tags:

Setelah posisi Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Kepala Bulog di isi oleh mantan petinggi Polisi, saya salut atas perkembangan cepat Polisi RI membenahi diri.

Sigap dan cepat dalam setiap acara kenegaraan. Kepercayaan masyarakat terhadap polisi kian meningkat. Seperti serombongan polisi yang melakukan patroli ke desa-desa di pelosok Nanggroe Aceh Darussalam menggunakan sepeda.

Nah, jika selama ini banyak petugas polisi yang menangkap orang yang melanggar peraturan di jalan raya ditilang dan lain sebagainya. Kini mereka jemput bola, mengunjungi desa-desa untuk menciptakan ketertiban dan memberi contoh yang baik dalam mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.

Dengan bersepeda, selain sehat para polisi juga tampak keren, gagah dan kuat. Malu kiranya jika anda melanggar peraturan saat menggunakan kendaraan bermotor yang menangkap pasukan polisi bersepeda.

Setelah memberi efek jera dengan pemecatan ASN yang tidak disiplin dan mencapai target yang dilakukan para mantan petinggi Polri, saya ingin mengucapkan salam revolusi mental Pak Polisi….

5 Desember 2018

Pukul 15.10

Ketika pulang dari Taman Wisata Sumberasri Bukit Teletubis, saat pulang perjalanan cukup lancar. Melalui jalan yang lebih halus dibanding ketika berangkat, jarak yang  ditempuh pun lebih cepat.

Setelah melewati Taman Wisata Candi Penataran, yang ramai pengunjung di hari Sabtu ini. Tepatnya sebelum pertigaan, saya melihat ada sebuah warung yang menjual aneka peralatan masak dari anyaman bambu seperti tampah buat menyimpan sayuran, wadah mencuci beras, dan saringan untuk mencuci sayuran atau memeras kelapa parut menjadi santan kelapa. Kalau bahasa Sunda namanya “Ayakan”.

Sudah Lama Ditinggalkan

Cukup lama saya memilih dan mengamatinya aneka peralatan masak tersebut yang sepertinya menumpuk dan jarang dibeli masyarakat karena sudah tergantikan dengan peralatan plastik.

Tidak hanya di sini, di daerah lain juga sebenarnya sama, banyak yang membuat tapi masyarakat sudah jarang menggunakannya.

Selain tiga peralatan itu masih ada barang lainnya dengan bahan dasar yang sama seperti topi bundar dari anyaman bambu, wadah sampah, tempat bumbu, caping, parutan kelapa, cobek dan lain sebagainya. Harganya pun sangat terjangkau.

Di Sukabumi, Bandung, Tasikmalaya dan daerah Jawa Barat lainnya juga ada yang membuat dan menjual kerajinan seperti ini, namun berbeda nama dan cara membuatnya serta fungsinya.

Semoga kelak peralatan masak dari anyaman bambu ini kembali digemari masyarakat.

Jika teman atau kerabat pulang dari Candi Penataran atau Bukit Teletubis, silahkan mampir  membeli oleh-oleh peralatan masak untuk keperluan memasak di rumah. Bisa di beli di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar dan sekitarnya.

17 November 2018
Pukul 15.25 WIB

Setelah empat bulan di Blitar, hari ini saya berkunjung ke Taman Wisata Sumberasri atau biasa di sebut Bukit Teletubis di daerah Nglegok, Sumberasri, Blitar. Jarak dari Kanigoro ke Sini sekitar satu jam perjalanan.

Sayangnya sepanjang perjalanan aspalnya kurang bagus karena banyak truk besar yang mengangkut pasir dari sisa lahar gunung kelud.

Namun setelah tiga kali bertanya sampai juga di Bukit Teletubis. Naik ke bukit sangat curam hati-hati kalau bawa kendaraan atau sebaiknya malah jalan kalau badan kuat.

Tapi lelah anda akan terbayar. Apalagi setelah sampai di atas banyak pemandangan menarik, hembusan angin yang besar, sejuk dan pepohonan di sini sangat rindang.

Membentang di atas sana ada hamparan perkebunan aneka macam. Di sini buah nanas bisa dipetik dari kebun nanas, begitu juga pohon durian ada yang panen dan dijual murah di pinggir jalan.

Saat pulang saya mampir membeli durian dan duduk memandang kebun nanas yang sedang berbunga. Kebunnya sangat luas di belakang orang jualan durian dekat para Kalilahar, Kaligladak memasuki desa Candi Panataran.

Pas turun anda bisa istirahat di dekat pintu keluar. Di mana di situ ada gereja Santo Yosef dan warga setempat banyak menawarkan berbagai jasa untuk bisa naik ke atas dengan harga terjangkau.

Jadi kalau anda banyak waktu luang, ajak keluarga, sahabat dan kerabat ke Bukit Teletubis untuk berlibur dan menghabiskan waktu akhir pekan anda.

Bukit Teletubis, Sumberasri, Nglegok Blitar
17 November 2018
Pukul 11.22

Membaca di Alam Terbuka

Posted: November 16, 2018 by Eva in Buku dan Media
Tags:

Ada satu masa di Bali, saya pernah merasakan kenikmatan tiada tara membaca buku di alam terbuka.

Selain merasa santai, suasana alam yang hijau, menulis cerita, puisi sambil tiduran di bantal besar bersama teman dan sahabat, membuat waktu terasa sangat cepat.

Jika ingat,  saya ingin mengulang kembali, berkumpul bersama teman, sahabat di alam terbuka, di belakang taman baca di mana di situ pikiran kita terbuka.

Membaca alam, menggoreskan pena tentang apa yang kita rasa, dan bercengkrama dengan teman-teman…sungguh saya merindukan kalian semua. 📖📖📚📚📚♥️♥️♥️